Kata-kata atau omongan tuh sebenarnya alat ampuh bagi manusia untuk berkomunikasi, berekspresi, dan terhubung satu sama lain.
Selain itu, sebuah kata-kata juga dapat untuk menginspirasi, mengangkat, dan bahkan mengubah hidup menjadi lebih baik. Namun, sebuah kata-kata juga bisa memiliki sisi gelap, yaitu menimbulkan perasaan insecure dan keraguan. Hal-hal kayak gitu kayaknya gak jarang kita temui di kegiatan sehari hari, ya gak sih?
Contohnya yang lumayan berpengaruh pada kehidupan adalah sebuah kritik. Kritik pun juga bisa merupakan kritik yang membangun yang tentunya dapat membangun kemajuan pribadi. Namun dengan demikian, masih ada komentar yang kasar, menghakimi, atau menyakitkan dari orang lain sehingga dapat menyinggung harga diri kita dan membuat kita merasa rentan atau sensitif. Apalagi sekarang ini platform media sosial juga semakin berkembang dan dapat digunakan siapa pun untuk mengekspresikan pendapatnya.
Membanding-bandingkan juga termasuk cara lain di mana terciptanya perkataan orang lain yang dapat menimbulkan rasa insecure. Di era sekarang ini kita terus-menerus melihat pencapaian, kesuksesan, dan kehidupan orang lain yang terlihat sempurna melalui media sosial dan lainnya. Saat kita mendengar prestasi orang lain, entah itu penghargaan teman, mobil baru tetangga, atau prestasi terbaru seorang selebriti. Ya sebenarnya wajar kalau kita membandingkan diri kita dengan mereka. Namun, perbandingan terus-menerus ini dapat menimbulkan perasaan ragu, tidak mampu dan insecure.
Selain itu, gosip dan rumor juga dapat berdampak signifikan terhadap rasa insecure kita. Ketika kita mendengar orang lain membicarakan kita di belakang kita, menyebarkan rumor, atau melontarkan komentar negatif, hal itu dapat menghancurkan kepercayaan diri kita. Walaupun kata-kata tersebut juga tidak berdasar atau tidak benar, fakta bahwa orang-orang membicarakan kita saja sudah bisa membuat kita menjadi tidak nyaman.
Berdasarkan platform riset data Jajak Pendapat (Jakpat) pada tahun 2023 menunjukkan, kekerasan verbal merupakan jenis bullying yang paling banyak dialami dengan persentase mencapai 87,6% responden.
Dengan demikian, terbukti kalau masih banyak orang yang mendapatkan bullying berupa omongan negatif. Mau itu omongan dari orang terdekat, atau bahkan omongan dari orang yang ga kenal pun bisa bikin kita sakit hati.
Emang sih…, kita sendiri pun juga gak bisa ngendaliin omongan orang lain. Jadi ada baiknya, gimana kalau kita mulai dengan mengatakan hal-hal BAIK dari diri kita sendiri.
So… ya, yuk jaga lisan dan tulisan kita, serta jadi #BibirBaik buat orang lain!