Source: Unsplash / Laura Chouette
Pernah gak sih, kalian mengalami hal gak mengenakkan ketika lagi pakai makeup? Entah itu di kehidupan nyata atau pun di media sosial. Misalnya pas mau keluar rumah sebentar (untuk grocery shopping atau cuma nongkrong di coffee shop) dalam keadaan rapi dan full makeup, terus dikomentarin “Mau kondangan kemana sih?” atau “Ondel-ondel dari mana nih?”. Atau justru ada yang godain di jalan, kayak “Cantik banget neng, mau abang anterin gak?!” atau “Assalamualaikum.. sendirian aja neng!”, pernah gak?
Kalau pernah, beberapa di antaranya mungkin maksudnya bercanda.. tapi mereka gak sadar kalau bercandaan seperti itu bisa bikin orang lain minder, gak percaya diri dan gak berani untuk explore gaya makeup yang sesuai preferensi karena dapet olokan. Bahkan bisa bikin orang lain terganggu atau gak nyaman karena dipanggil-panggil sama orang yang gak dikenal.
Gak hanya itu, berdandan terutama makeup yang tebal atau warna yang mentereng juga sering dikaitkan dengan stereotip tertentu. Contohnya seperti kecentilan, memancing lawan jenis bahkan dianggap “asking for it”, sehingga catcalling, komentar dan candaan berbau seksual juga terlontar ke orang-orang yang tampil dengan gaya makeup tersebut. Padahal, mungkin aja berdandan termasuk salah satu hobi, tuntutan profesi (entertainer) atau orang tersebut memang udah terbiasa untuk selalu tampil on point.
Jadi, sebenarnya apa sih yang membuat masyarakat terobsesi dengan penampilan cantik “alami” dan orang-orang yang ber-makeup “tebal” punya stereotip negatif?
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh pubmed.gov, orang-orang berpendapat bahwa makeup digunakan agar terlihat seduktif dan juga sebagai kamuflase. Hal ini ternyata jadi akar dari munculnya stereotip kalau memakai makeup adalah hal yang gak natural karena menutupi feature wajah asli seseorang. Anatomi wajah yang gak sesuai keinginan bisa dimanipulasi dengan teknik dandan tertentu.
Mengenai catcalling, komentar negatif atau candaan berbau seksual, salah satu penelitian membuktikan kalau itu terjadi karena faktor keisengan saja. Beberapa diantaranya dilakukan dengan spontan dengan niat menyanjung. Meskipun terlihat sepele, hal ini bisa membuat orang yang di-catcall jadi bertanya-tanya kalau tampilan mereka pantas atau tidak. Misalnya, jadi berpikir “makeup-ku gak seharusnya setebal ini kali, ya?” “udah pakai baju tertutup kok masih digodain.. apa yang salah ya?” dan pikiran lainnya yang terkesan menyalahkan diri sendiri.
Gak Ada yang Salah dengan Makeup, kok!
Unsplash / Jennifer Marquez
Sebenarnya, gak ada yang salah sih dari tujuan makeup yang bisa memanipulasi dan membuat tampilan lebih menarik biar jadi perhatian. Masing-masing orang punya beberapa hal yang membuatnya lebih percaya diri dan menjalani hari dengan mood yang positif. Meluangkan waktu 10-30 menit untuk berdandan itu sebuah effort yang sebenarnya patut diacungi jempol loh! Di saat orang lain masih tidur, beberapa orang rela untuk bangun lebih pagi untuk tampil presentable. Tapi apakah hal ini bikin berdandan jadi lebih baik dari orang-orang yang memilih buat no makeup? Ya gak juga.. Ini semua hanya persoalan selera.
Mau pakai atau gak pakai makeup, yang penting adalah percaya diri dan bisa meng-explore penampilan yang sesuai dengan ekspresi diri masing-masing. Tampil sebagai diri sendiri dan preferensi bukanlah sebuah kesalahan. Stop menyalahkan diri sendiri atas omongan dan komentar orang lain yang kalian dengar atas penampilan kalian! Selama itu gak merugikan orang lain dan bisa nge-boost mood dan kepercayaan diri kamu, just go for it! Because #ItsOkay to show your true self to the world!
